Minggu, 18 Juli 2010

Senja di dermaga

Diantara titik gerimis senja ini
Ku dengar lantun lazuardi di rumah Khalikku
Di antara semburat lembayung yang mulai menipis
Dikikis sedikit warna kelam
Hingga camar-camar berpulang pada sangkarnya
Kusatukan jiwa dengan alam
Yang selalu bersujud memuja Tuhannya
Diantara gulungan gelombang
Yang berpacu menuju bibir pantai
Diantara desakan insan
Yang berpacu mengais materi
Diantara pijar lampu jalanan
Yang berpacu melawan terang rembulan
Wajah-wajah kusam terjerat warna kelam
Letih semua jiwa dikeperihan jerit dahaga
Merindukan masa terindah
Kala mentari pagi hangat menyapa
Sia sudah ketika separuh terang rembulan
Gantikan singsing sang fajar
Tapi masih jua kusandarkan raga ditiap pagar dermaga
Yang kian dingin dipilur kabut tipis mengembun
Dan ombak masih saja berkejar-kejaran
Tiada jiwanya letih mengejar jauh
Hingga benar-benar dipuncak pantai
Deburannya mengalahkan teriakan jiwa yang terluka
Yang berteriak keras
Ketika tiap sayatan luka tergores didinding jiwanya
Terimakasih untuk indah
Di antara isak anak nelayan yang rindukan ayahnya
Di antara kegetiran kekasih yang kehilangan pujaan hati
Di antara luluh istana pasir yang kubangun tadi siang
Selamat tinggal dermaga
Warna jingga senja telah benar-benar hilang
Terselubung malam
Biarkan aku berbaring dipangkuan bunda
Menimangku dalam dekapan cinta
Mengusap rambutku
Sambil ia tuturkan namaku dengan penuh kasih
Lalu perlahan suaranya hilang
Bersama kancil yang lolos dari terkaman singa
“ Mimpi yang indah buah hatiku sayang “

1 komentar: