Ketika gelap menjadi teman
Kelam dunia hendak diraba
Dan tiada yang ia dapat
Lalu pergi mencari terang
Mentari terlanjur menghilang
Bulanpun dirundung gerhana
Kasat mata tiada mampu diguna
Lalu apa ?
Ia pergi bersauh sauna
Disana ia lihat ada terang sedikit
Dalam genggam seorang pengembara
Kata dia itu lentera
Mengapa dahulu ia lupa
Hidup takkan selalu dalam terang cerang
Saat gelap telah mencerkam
Ia lupa sedia lentera
Jumat, 16 Juli 2010
Kamis, 15 Juli 2010
Peraduan Rembulan
Tempias di jendela membangunkanku
Yang terbaring di balai sepi
Menanti bulan turun dari peraduannya
Menggantikan sang surya menerang alam
Titik gerimis mulai mereda
Bintang – bintang mulai menabur kerlip
Tersembul bulanku di balik awan
Tersenyum simpul sampaikan salam damai dari angkasa
Ia memang tak mampu bicara
Tapi ia lebih tahu kejujuran hati
Seperti delik hati yang tak mungkin berpungkir
Karena singgasananya di tangan Illahi
Garis lukis yang sempurna
Desir angin dan guguran daun kering
Menambah tak ada batasnya kuasa Tuhan
Seperti letaknya rembulan di tengah kelam
Yang terbaring di balai sepi
Menanti bulan turun dari peraduannya
Menggantikan sang surya menerang alam
Titik gerimis mulai mereda
Bintang – bintang mulai menabur kerlip
Tersembul bulanku di balik awan
Tersenyum simpul sampaikan salam damai dari angkasa
Ia memang tak mampu bicara
Tapi ia lebih tahu kejujuran hati
Seperti delik hati yang tak mungkin berpungkir
Karena singgasananya di tangan Illahi
Garis lukis yang sempurna
Desir angin dan guguran daun kering
Menambah tak ada batasnya kuasa Tuhan
Seperti letaknya rembulan di tengah kelam
Keping-keping rasa
Gelayut daun di tari air sungai
Batu-batu raja perkasa
susup sela-sela gelintir rona
merah jingga kelam selubung alam
penghianatan anak kelana
rajam perih rimba duka
meletak bara ditangan sukma
sakit meraja meradang dada
bingkai-bingkai jati
liuk ukir hari
sisa-sisa hati
baris masa kelopak pagi
apalagi…
padang nista duka
arena tawa canda
terbawa ditempurung setengah kejora
riak-riak kusam tangis belang
kata yang hilang dibaris kedua
keping-keping rasa
mata yang jenuh peluh
Batu-batu raja perkasa
susup sela-sela gelintir rona
merah jingga kelam selubung alam
penghianatan anak kelana
rajam perih rimba duka
meletak bara ditangan sukma
sakit meraja meradang dada
bingkai-bingkai jati
liuk ukir hari
sisa-sisa hati
baris masa kelopak pagi
apalagi…
padang nista duka
arena tawa canda
terbawa ditempurung setengah kejora
riak-riak kusam tangis belang
kata yang hilang dibaris kedua
keping-keping rasa
mata yang jenuh peluh
Rabu, 14 Juli 2010
Langganan:
Postingan (Atom)